Minggu, 25 Desember 2011

YESUS vs SANTA CLAUS


SANTA CLAUS tinggal di Kutub Utara …
YESUS ada di mana-mana.

SANTA CLAUS mengendarai kereta luncur …
YESUS datang di atas awan dan berjalan di atas air.

SANTA CLAUS datang setahun sekali …
YESUS hadir setiap saat dengan pertolongan-Nya.

SANTA CLAUS memenuhi kaus kakimu dengan kue, coklat dan permen
YESUS memenuhi segala kebutuhanmu.

SANTA CLAUS datang lewat cerobong asap tanpa diundang …
YESUS berdiri di muka pintumu dan mengetuk, kemudian Ia masuk dalam hatimu jika engkau mengundang-Nya masuk.

Kamu harus antri untuk bertemu dengan SANTA CLAUS
YESUS hanya sejauh engkau menyebutkan nama-Nya.

SANTA CLAUS mengajakmu duduk di pangkuannya …
YESUS mengajakmu beristirahat dalam rengkuhan tangan-Nya.

SANTA CLAUS tidak tahu namamu, yang dapat dikatakannya hanyalah
”Hai anak kecil, siapa namamu?” …
YESUS mengenal nama kita sebelum kita ada. Ia bahkan tahu alamat kita juga. Ia tahu masa lalu dan masa depan kita, Ia bahkan tahu berapa jumlah rambut di kepala kita.

SANTA CLAUS punya perut yang gendut seperti tong penuh jelly …
YESUS punya hati yang penuh dengan cinta.

SANTA CLAUS menawarkan Ho.. Ho.. Ho..
YESUS menawarkan kesehatan, pertolongan dan harapan.

SANTA CLAUS berkata “Janganlah kamu menangis” …
YESUS berkata “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Ku, sebab Aku yang
 memelihara kamu.”

SANTA CLAUS membuat aneka mainan …
YESUS menciptakan hidup baru, menyembuhkan hati yang luka, memperbaiki hubungan yang berantakan dan menyediakan tempat tinggal bagi kita.

SANTA CLAUS adalah “Pak Tua yang Riang Gembira”
YESUS adalah “Raja Segala Raja”.

SANTA CLAUS membuatmu tertawa terkekeh …
YESUS memberimu sukacita yang menjadi kekuatanmu.

SANTA CLAUS meletakkan hadiahnya di bawah pohon …
YESUS adalah hadiah bagi kita dan wafat di pohon salib.

Nyata sekali, tidak ada perbandingan yang sepadan.
Kita perlu ingat tentang SIAPA perayaan Natal itu sesungguhnya.
YESUS adalah alasan utama kita merayakan Natal.

Jumat, 23 Desember 2011

Arti Natal yang Sesungguhnya



Pada masa yang silam, di Persia memerintah seorang raja yang baik hati serta bijaksana. Ia mencintai rakyatnya. Ia ingin tahu kehidupan mereka. Ia ingin tahu penderitaan yang harus mereka alami. Seringkali ia berpakaian seperti seorang pekerja atau bahkan pengemis dan pergi ke kampung-kampung miskin. Tak seorang pun yang ia kunjungi pernah mengira bahwa ia adalah raja mereka.

Suatu ketika ia mengunjungi seseorang yang amat miskin yang tinggal di sebuah gua. Ia makan makanan kasar yang dimakan orang miskin itu. Ia berbicara kepadanya dengan kata-kata yang lembut serta menghibur. Lalu ia pergi. Di kemudian hari, ia kembali mengunjungi orang miskin itu lagi dan dengan jelas mengatakan kepadanya, “Aku ini rajamu.”

Alangkah terkejutnya si orang miskin itu! Raja menyangka bahwa orang itu pasti akan meminta suatu hadiah atau pertolongan darinya. Tetapi, ternyata tidak. Sebaliknya, orang miskin itu berkata:

“Engkau meninggalkan istanamu serta kemuliaanmu untuk mengunjungiku di tempat yang gelap serta kumuh ini. Engkau makan makanan kasar yang aku makan. Engkau membawa kebahagiaan dalam hatiku. Bagi orang lain engkau memberikan hadiah-hadiah berlimpah. Bagiku engkau telah memberikan dirimu sendiri.”