Sabtu, 08 Januari 2011

Pandangan Vatikan tentang pesan Bunda Maria di Fatima 1917

Pertanyaan:

Salam Damai Kristus,
Saya ingin mengetahui tentang pendapat Gereja Katolik terutama Tahta Suci tentang Surat Bunda Maria di Fatima yang diterima oleh 3 anak-anak pada th 1917. Dan apakah benar isinya tentang kehancuran dunia?
Mohon penjelasannya.

Salam,
Thomas
Jawaban:

Shalom Thomas,

Selengkapnya tentang tanggapan Vatikan terhadap pesan Bunda Maria di Fatima 1917 yang disampaikan oleh Sr. Maria Lucia, terdapat di link ini, silakan klik. Pada penampakan itu, dikatakan bahwa Bunda Maria menampakkan diri kepada tiga anak-anak yaitu Jacinta, Francesco dan Lucia. Dan Lucia (Sr. Lucia) adalah saksi yang menyampaikan pesan-pesan itu secara tertulis karena kedua saksi lainnya telah meninggal dunia pada usia muda/ anak-anak.

Melihat pertanyaan anda, kelihatannya ada dua hal yang anda tanyakan, yaitu tentang apa pesan penampakan, dan apa tanggapan Vatikan mengenai hal ini. Maka berikut ini saya sampaikan ringkasannya:

1) Garis besar pesan penampakan Bunda Maria di Fatima 1917

Pesannya di sini terbagi menjadi tiga bagian. Pesan pertama dan kedua menggambarkan penglihatan tentang neraka, devosi kepada Hati Maria yang tak bernoda, tentang Perang Dunia kedua, dan prediksi tentang
kerusakan yang dapat diperbuat oleh Rusia kepada umat manusia dengan penolakan terhadap iman Kristiani dan penerapan totalitarianisme- komunisme.

Pesan pertama dan kedua ini telah dituliskan terlebih dahulu 31 Agustus 1941, dan dipublikasikan terlebih dahulu sebelum pesan yang ketiga. Sedangkan pesan ketiga yang dituliskan oleh Sr. Lucia tanggal 3 Januari 1944 atas perintah Uskup Leiria. Pesan/ rahasia ketiga ini dibawa ke hadapan Paus Yohanes XXIII pada tahun 1959, namun beliau memutuskan untuk tidak menyatakan secara publik, demikian juga Paus Paulus VI.

Namun Paus Yohanes Paulus II,setelah percobaan pembunuhan dirinya pada tanggal 13 Mei 1981 gagal, kemudian memutuskan untuk memberitahukan pesan itu secara publik, yang dikenal sebagai “The third secret of Fatima“. Teks pesan ketiga Fatima baru dipublikasikan tgl 26 Juni 2000, (setelah diumumkan oleh Kardinal Angelo Sedano atas nama Bapa Paus, bahwa pesan ketiga tersebut akan diumumkan dalam waktu dekat. Pengumuman ini diadakan tanggal 13 Mei 2000, pada hari beatifikasi Francisco dan Jacinta Marto).

Tanggal 7 Juni 1981, Paus Yohanes Paulus, pada perayaan Pentakosta, mendoakan dan meng-konsekrasikan dunia kepada hati Bunda Maria yang tak bernoda, yang disebutkan sebagai “Act of Entrustment“, memohon agar Bunda Maria menjaga dan mendoakan para umat beriman dan dunia.

Maka pesan/ rahasia ketiga yang disampaikan di sini berkaitan dengan perkataan Bunda Maria, yang memperingatkan akan apa yang terjadi jika manusia tidak bertobat dan mengindahkan pesan Bunda Maria, maka Rusia akan menyebarkan faham sesatnya tentang Komunisme. Sr. Lucia mengatakan bahwa akan terjadi penghukuman yang disebabkan oleh manusia sendiri yang terus hidup dalam dosa, kebencian, balas dendam, ketidak- adilan, pelanggaran hak-hak manusia, pemerosotan moral dan kekerasan, dst.


Maka Paus Yohanes Paulus II memutuskan untuk mempublikasikan pesan ketiga ini. Ia sendiri meng-konsekrasikan/ menyerahkan Rusia dan dunia kepada doa-doa Bunda Maria pada tahun 1981. Selanjutnya, kita ketahui pada tahun 1989 tembok Berlin dirubuhkan dan tumbanglah komunisme di Rusia.

2. Isi pesan Penampakan Bunda Maria di Fatima 1917

Pesan pertama:

“Bunda Maria menunjukkan kepada kami sebuah lautan api yang besar yang sepertinya berada di bawah bumi. Yang terbenam di dalam api adalah setan-setan dan jiwa-jiwa di dalam rupa manusia, seperti bara api yang transparan, semua kehitaman atau gosong seperti tembaga, mengambang di atas lautan api, sekarang naik ke udara dengan lidah-lidah api yang keluar dari dalam diri mereka sendiri bersama dengan awan-awan api yang besar, sekarang jatuh kembali pada setiap sisi seperti percikan di dalam api yang besar sekali, tanpa berat atau keseimbangan, di tengah-tengah tawa dan erangan kesakitan dan keputusasaan, yang menakutkan kami dan membuat kami gemetar ketakutan. Setan-setan dapat dibedakan dengan kemiripan mereka yang menakutkan dan menjijikkan dengan binatang-binatang yang menakutkan dan tidak dikenal, semua hitam dan transparan. Penglihatan ini berakhir dalam sekejap. Bagaimana kami dapat bersyukur kepada Bunda Surgawi yang baik, yang telah mempersiapkan kami dengan menjanjikan di dalam Penampakan yang pertama, untuk membawa kami ke surga. Jika tidak, saya rasa kami akan sudah mati ketakutan….”

Pesan kedua:

Kami lalu melihat kepada Bunda Maria yang berkata:

“Kamu telah melihat kemana jiwa-jiwa yang berdosa pergi. Untuk menyelamatkan mereka Tuhan berkehendak untuk mengadakan di dunia devosi kepada Hatiku yang tidak bernoda (Immaculate Heart). Jika apa yang aku katakan kepadamu dilakukan, banyak jiwa akan diselamatkan dan akan ada damai. Perang [Perang Dunia I] akan berakhir, tetapi kalau orang-orang tidak berhenti menentang Allah, sebuah perang yang lebih parah akan pecah pada saat pontifikat Paus Pius XI. Ketika kamu melihat malam yang diterangi oleh sebuah terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa ini adalah tanda yang besar yang diberikan kepadamu dari Tuhan bahwa Ia akan menghukum dunia karena kejahatannya, dengan cara perang, kelaparan, penganiayaan terhadap Gereja dan terhadap Bapa Suci. Untuk menghindari ini, saya datang untuk memohon konsekrasi Rusia kepada hatiku yang tidak bernoda, dan Komuni untuk silih dosa pada setiap Sabtu pertama. Jika permohonanku dipenuhi, Rusia akan bertobat dan akan ada damai, jika tidak, ia akan menyebarkan kesesatannya kepada seluruh dunia, menyebabkan perang dan penganiayaan terhadap Gereja. Orang-orang baik akan dibunuh; dan Bapa Suci akan mengalami penderitaan berat, bangsa- bangsa akan dilenyapkan. Pada akhirnya Hatiku yang tak bernoda akan menang. Bapa Suci akan meng-kosekrasikan Rusia kepadaku dan Rusia akan bertobat, dan sebuah periode damai akan diberikan kepada dunia.”

Pesan ketiga:

Saya [Sr. Lucia] menulis dalam ketaatan kepada Engkau, Tuhanku, yang memerintahkan kepadaku melalui Uskup Leiria dan melalui Bunda-Mu yang tersuci dan Bundaku.

Setelah dua bagian yang telah kujelaskan, di sebelah kiri Bunda Maria dan sedikit ke atas, kami melihat seorang Malaikat dengan sebuah pedang yang berapi di tangan kirinya, mengkilat, mengeluarkan lidah-lidah api yang terlihat seperti seolah-olah akan menyalakan dunia dengan api, tetapi lidah-lidah api itu mati bersentuhan dengan kemuliaan yang Bunda Maria pancarkan kepadanya [malaikat itu], dari tangan kanannya. Menunjuk ke bumi dengan tangan kanannya, Malaikat itu berteriak dengan suara keras: ‘Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah!” Dan kami melihat di dalam sebuah terang yang besar yang adalah Tuhan: ’sesuatu yang mirip dengan bagaimana orang orang muncul di cermin ketika mereka melewatinya’, seorang Uskup berpakaian putih ‘kami mempunyai kesan bahwa itu adalah Bapa suci’. Uskup-uskup yang lain, para imam, kaum religius laki-laki dan perempuan menanjak sebuah gunung yang terjal, pada puncaknya terdapat sebuah Salib yang besar dari batang pohon yang secara kasar ditebang seperti dari pohon perop ..; sebelum sampai ke sana Bapa suci melewati sebuah kota yang besar yang separuhnya hancur dan separuhnya gemetar, dengan langkah terhenti, terpukul dengan kesakitan dan penderitaan, ia berdoa bagi para jiwa dan jenazah yang ditemuinya di jalan; setelah sampai di puncak bukit, dengan berlutut pada kaki Salib yang besar, ia dibunuh oleh sebuah kelompok parjurit yang menghujaninya dengan peluru- peluru dan panah terarah kepadanya, dan dengan cara yang sama di sana satu persatu wafatlah para Uskup, imam dan kaum religius laki-laki dan perempuan dan bermacam orang awam dari berbagai tingkatan dan posisi. Di bawah kedua lengan Salib, terdapat dua Malaikat, masing-masing dengan wadah kristal di tangannya, yang dipakai untuk mengumpulkan darah para martir dan dengan itu memerciki para jiwa yang sedang mengambil jalan menuju Allah.”

3. Interpretasi pesan ke-3:

a) Berikut ini adalah ringkasan pembicaraan Archbishop Tarcisio Bertone, sekretaris dari Congregation for the Doctrine of Faith yang diutus oleh Paus Yohanes Paulus II untuk bertemu dengan Sr. Lucia (27 April 2000):

Sr. Lucia mengulangi keyakinannya bahwa penglihatan di Fatima tersebut terutama adalah mengenai pergolakan antara komunisme atheis melawan Gereja dan umat Kristiani dan menjabarkan penderitaan para korban demi iman ini di abad ke-20. Figur sentral dari pesan terakhir ini menurut Sr. Lucia adalah Bapa Paus, meskipun pada penglihatan itu tidak disebutkan siapa nama Paus yang dibunuh tersebut. Maka ketika ia melihat Paus Yohanes Paulus II ditembak di tahun 1981, ia segera teringat akan penglihatannya tersebut yang dituliskannya pada tahun 1944. Sr. Lucia percaya, sama seperti yang dipercayai oleh Bapa Paus sendiri, bahwa “it was a mother’s hand that guided the bullet’s path and in his throes the Pope halted at the threshold of death” (Pope John Paul II, Meditation from the Policlinico Gemelli to the Italian Bishops, 13 May 1994).

Di akhir pertemuan itu Sr. Lucia menyatakan ketaatannya kepada Bapa suci, dan berharap agar tulisannya dapat membantu memimpin semua orang yang bermaksud baik ke jalan menuju Tuhan.

b) Dari hasil pertemuan di atas, pengumuman dibuat oleh Kardinal Angelo Sodano, Sekretaris negara (Secretary of State), ringkasannya adalah sebagai berikut:

Nubuatan yang terdapat dalam pesan Fatima ini harus diinterpretasikan secara simbolis (in a symbolic key). Penglihatan Fatima adalah perang yang diadakan oleh sistem atheis melawan Gereja dan umat Kristiani, dan itu menggambarkan penderitaan yang dialami oleh para saksi iman pada abad terakhir di milenium kedua, sebagai Jalan Salib yang dipimpin oleh para Paus di abad ke 20.

Sesuai dengan interpretasi para visioner, seperti yang ditegaskan oleh Sr. Lucia,”Uskup dengan pakaian putih” yang berdoa bagi umat beriman adalah Bapa Suci. Setelah ia mendaki menuju Salib melewati jenazah-jenazah para martir (para uskup, imam, kaum religius, dan kau awam), ia sendiri jatuh ke tanah, wafat karena dihujani peluru.

Sesudah percobaan pembunuhan tanggal 13 Mei 1981, maka begitu nyata bahwa “tangan seorang ibu yang mengarahkan jalur peluru sehingga Bapa Paus dapat terluput dari kematian.” (Perlindungan ini diyakini oleh Sr. Lucia dan Bapa Paus sendiri sebagai campur tangan dari Bunda Maria). Pada kejadian tahun 1989 baik Rusia maupun negara-negara Eropa Timur mengalami kejatuhan sehubungan dengan runtuhnya Komunisme. Untuk ini Bapa Paus mengucapkan syukur kepada Bunda Maria. Meskipun seolah kejadian tentang pesan/ rahasia ketiga dari Fatima ini merupakan hal yang lampau/sudah terjadi, namun pesan Bunda Maria untuk pertobatan tetaplah sangat penting sekarang. “Undangan Bunda Maria kepada pertobatan adalah pertama-tama perwujudan perhatian keibuannya kepada keluarga besar umat manusia, yang memerlukan pertobatan dan permohonan maaf.” (Pope John Paul II, Message for the 1997 World Day of the Sick, No. 1, Insegnamenti, XIX, 2 [1996], 561)

4. Komentar Teologis oleh Joseph Cardinal Ratzinger, Prefect of the CDF (Congregation for the Doctrine of the Faith) sekarang Paus Benediktus XVI, berikut ini ringkasannya:

Perlu diketahui bahwa pesan Fatima ini termasuk dalam kategori wahyu pribadi yang statusnya berbeda dengan wahyu publik (yaitu Kitab Suci, yaitu dalam PL dan PB). Wahyu publik sudah selesai dengan berkahirnya kitab Perjanjian Baru. Namun meskipun Wahyu telah selesai, hal itu belum dibuat sepenuhnya secara eksplisit, maka tetaplah tertinggal pada iman Kristiani untuk berangsur-angsur menangkap makna pentingnya secara penuh di sepanjang abad” (KGK 66). Ini sesuai dengan perkataan Yesus, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.” (Yoh 16:12-14)

Katekismus 67 mengajarkan, “….wahyu pribadi itu tidak termasuk dalam perbendaharaan iman. Bukanlah tugas mereka [wahyu-wahyu pribadi] untuk “menyempurnakan” wahyu Kristus yang definitif atau untuk “melengkapinya”, melainkan untuk membantu supaya orang dapat menghayatinya lebih dalam lagi dalam rentang waktu tertentu….”. Jadi:

a) Otoritas wahyu pribadi secara prinsip berbeda dengan Wahyu publik. Wahyu Publik menuntut iman [dari seluruh umat], sebab di dalamnya Tuhan sendiri berbicara melalui perkataan manusia dan melalui perantaraan komunitas yang hidup dalam Gereja, sedangkan wahyu pribadi tidak demikian. Iman terhadap Wahyu publik ini berbeda dengan bentuk kepercayaan kepada manusia atau pendapat. Iman kepada Allah ini adalah keyakinan yang di atasnya kita membangun hidup kita dan kepadanya kita memasrahkan diri kita pada saat kita mati.

b) Wahyu pribadi adalah sebuah bantuan terhadap iman ini, dan menunjukkan kredibilitasnya justru dengan memimpin kita kembali kepada Wahyu publik yang definitif tersebut. Oleh karena itu, kriteria untuk kebenaran dan nilai dari sebuah wahyu pribadi adalah orientasi kepada Kristus. Maka ketika wahyu pribadi itu memimpin orang menjauh dari Kristus, menjadi berdiri sendiri atau bahkan menampilkan diri sebagai rencana keselamatan yang ‘lebih baik’/ lebih penting daripada Injil, maka dipastikan wahyu itu bukan berasal dari Roh Kudus. Ini bukan berarti bahwa wahyu pribadi tidak akan menyatakan penekanan-penekanan baru, atau bentuk devosi baru, atau memperdalam dan menyebarkan bentuk devosi yang sudah ada. Tetapi di dalam semua ini, harus ada pembinaan iman, harapan dan kasih.

Pentingnya wahyu pribadi disampaikan oleh Rasul Paulus (1Tes 5:19-21). Sepanjang sejarah Gereja terdapat nubuat- nubuat yang harus diteliti kebenarannya, bukan dicemooh. Nubuat adalah sebuah peringatan dan penghiburan, atau keduanya sekaligus. Untuk menginterpretasikan/ “menilai zaman ini” (Luk 12:56) dalam terang iman berarti mengenali kehadiran Yesus pada setiap zaman.

Struktur anthropologis dari wahyu pribadi: silakan membaca lebih lanjut di link di atas. Intinya adalah “interior vision”/ penglihatan ini bukan merupakan fantasi yang merupakan ekspresi dari imajinasi yang subyektif. Penglihatan ini melibatkan “obyek” yang benar-benar ada yang menyentuh jiwa, meskipun tidak terdapat di dalam dunia sensorik. Maka ini memerlukan sikap berjaga-jaga secara rohani…. Namun penglihatan juga mempunyai keterbatasan, sebab obyek yang dilihat juga bukan yang murni/ sebenarnya, tetapi melalui filter dari alat sensorik yang melihat, maka terpengaruh oleh keterbatasan dari subyek yang melihat. Maksud dari nubuatan Kristiani terlihat apabila penglihatan itu menjadi sebuah perintah dan bimbingan atas kehendak Allah.

Usaha untuk menginterpretasikan pesan/ ‘rahasia’ Fatima

Secara singkat pesan pertama dan kedua adalah anak-anak itu diberi penglihatan tentang neraka. Mereka melihat di sana ‘jiwa-jiwa yang malang’. Lalu mereka diberi pesan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa- yang artinya untuk menunjukkan kepada mereka jalan menuju keselamatan. Untuk ini kita mengingat pengajaran Rasul Petrus: “karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” (1 Pet 1:9). Untuk mencapai ini, jalan yang diberikan adalah devosi kepada hati Maria yang tak bercela. Dalam bahasa Alkitabiah, “hati” mengacu pada pusat hidup manusia, di mana akal budi, keinginan, temperamen dan sensitivitas berasal, di mana seseorang menemukan kesatuan dan orientasi sikap hati. Menurut Mat 5:8, “hati yang suci/ tak bernoda” adalah sebuah hati yang, dengan rahmat Tuhan, yang telah mencapai kesempurnaan kesatuan sikap hati dan karena itu dapat “melihat Tuhan.” Maka untuk mempunyai devosi terhadap hati Maria yang tak bernoda, adalah untuk mempunyai sikap hati yang demikian, yang bersikap taat “Ya”, terjadilah kehendak-Mu- sebagai pusat dari keseluruhan hidup seseorang. Mungkin ada orang yang berkata, kita jangan meletakkan seorang manusiapun antara kita dengan Kristus. Tetapi Rasul Paulus sendiri berkata agar kita meniru dia (lih. 1 Kor 4:16, Fil 3:17; 1 Tes 1:6; 2 Tes 3:7,9). Pada Rasul Paulus kita melihat bagaimana kita mengikuti Kristus. Tetapi dari siapa kita dapat lebih belajar pada setiap masa, selain dari Ibu Tuhan Yesus sendiri?

Sr. Lucia sendiri mengakui bahwa yang diberikan kepadanya adalah penglihatan, tetapi bukan interpretasinya. Interpretasi ini menurut Sr. Lucia, bukan menjadi miliknya tetapi milik Gereja. “Untuk menyelamatkan jiwa-jiwa” adalah kata kunci dari pesan pertama dan kedua Fatima. Sedangkan, kata kunci pada pesan yang ketiga adalah, “Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah!” Ini sesuai dengan Injil dalam Mrk 1:15. Untuk mengetahui tanda jaman adalah untuk menerima pentingnya pertobatan, dan iman. Maka maksud dari penampakan-penampakan Bunda Maria ini adalah untuk memimpin orang-orang untuk bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih.

Sekarang tentang penglihatan mengenai malaikat dengan pedang yang menyala, seperti dalam gambaran di kitab Wahyu. Ini adalah untuk menunjukkan ancaman penghakiman. Jaman sekarang manusia sendiri dapat menghancurkan dunia menjadi abu, dengan penemuan-penemuannya, manusia sendiri menempa pedang yang menyala. Penglihatan kemudian memperlihatkan bahwa kekuatan yang merusak itu dikalahkan oleh kemuliaan Bunda Allah, dengan ajakan pertobatan. Maka di sini terdapat pentingnya kehendak bebas manusia: masa depan bukan sesuatu fakta yang tidak bisa diubah. Maka penglihatan itu adalah untuk mengarahkan kekuatan untuk mengadakan perubahan ke arah yang benar.

Selanjutnya adalah karakter sinbolis dari penglihatan itu: Tuhan adalah yang tak terukur, sebagai terang yang tak terukur. Para manusia kelihatan seperti di dalam cermin. Karena kita sekarang melihat dalam cernin suatu gambaran yang samar- samar (1 Kor 13:12).

Sekarang tentang gunung yang terjal dengan Salib dipuncaknya. Gunung dan kota besar yang menjadikan reruntuhan, melambangkan arena sejarah manusia: arena kreativitas dan harmoni sosial maupun juga arena penghancuran, di mana manusia menghancurkan hasil pekerjaannya sendiri. Salib merupakan lambang tujuan dan bimbingan sejarah manusia. Salib mengubah kerusakan menjadi keselamatan; salib merupakan tanda kemalangan sejarah tetapi juga sebuah janji bagi sejarah. Lalu tentang penderitaan Uskup (Bapa suci) dan para uskup, imam dan kaum religius. Jalan Gereja dikatakan sebagai perjalanan Via Crucis, melalui waktu kekerasan, penghancuran, dan penganiayaan. Seluruh sejarah abad ini diwakili oleh gambar ini. Abad ini merupakan abad para martir, penganiayaan Gereja, abad perang dunia dan perang lokal lainnya. Maka diperingatkan oleh Bunda Maria, “Jika tidak [bertobat], Rusia akan menyebarkan kesesatannya ke seluruh dunia….”

Di tengah perjalanan ini dari seluruh abad, gambaran Paus yang mendaki adalah gambaran generasi para Paus dari Paus X sampai Paus yang sekarang, mereka semua menderita mendaki menuju ke Salib. Di penglihatan itu Paus itu dibunuh bersama para martir. Bukankah itu yang hampir terjadi pada percobaan pembunuhan Paus Yohanes Paulus II tanggal 13 Mei 1981? Namun tangan Bunda Maria menolongnya; kekuatan iman dan doa-doa dapat mempengaruhi sejarah; dan kekuatan doa lebih kuat daripada peluru.

Ahkirnya, darah Kristus dan darah para martir merupakan satu kesatuan. Darah para martir turun dari kedua lengan Salib itu. Para martir wafat dalam persekutuan dengan Kristus. Demi Tubuh Kristus, para martir menggenapkan apa yang kurang pada penderitaan Kristus (Kol 1: 24). Darah para martir adalah biji umat Kristiani. Seperti melalui kematian Kristus, Gereja lahir; maka kematian para martir menjadi kan kehidupan Gereja semakin berkembang. Maka tak ada penderitaan yang sia- sia. Dari penderitaan para saksi iman, lahirlah kekuatan yang memurnikan dan memperbaharui, sebab penderitaan mereka adalah aktualisasi dari penderitaan Kristus sendiri dan pernyampaian efeknya yang menyelamatkan di sini dan sekarang.

Maka, arti pesan/ rahasia Fatima sebagai satu kesatuan adalah ajakan/ desakan bagi para umat beriman untuk berdoa, sebagai jalan untuk keselamatan jiwa-jiwa dan juga perintah untuk bertobat (penance and conversion).

Saya ingin menyebutkan lagi ekspresi kuci dari pesan Fatima, “Hatiku yang tak bernoda akan menang” Apa maksudnya? Hati yang terbuka terhadap Tuhan, dimurnikan oleh kontemplasi akan Tuhan, adalah lebih kuat daripada senjata apapun. Ketaatan Bunda Maria telah mengubah dunia, sebab dengan ketaatannya ia telah membawa Kristus ke dunia. Syukurlah atas “Ya” dari Bunda Maria, Tuhan dapat menjadi manusia di dunia dan tetap hadir di dunia sepanjang jaman. Walaupun ada kuasa jahat di bumi, seperti yang kita lihat; namun karena Tuhan sendiri menjadi manusia dan mempunyai hati manusia, maka karenanya dapat menggiring kehendak bebas manusia menuju apa yang baik, maka kebebasan memilih yang jahat tidak lagi menjadi keputusan akhir. Maka ayat yang akhirnya merangkum semua adalah, “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16:33)

————-

Demikianlah yang dapat saya sampaikan tentang pesan Penampakan Bunda Maria di Fatima 1917, dan tanggapan dari Vatikan tentang hal itu. Dari sini memang kita melihat wahyu pribadi yang diterima oleh Sr. Lucia tersebut tidak merupakan nubuat khusus tentang akhir jaman. Penglihatan yang demikian mengenaskan tentang banyaknya korban martir dan bahkan Bapa Paus sendiri, merupakan peringatan bagi dunia untuk segera bertobat, sebab jika tidak, kejadian itulah yang dapat terjadi. Maka pesan Fatima tetap sangat penting bagi kita semua saat ini, yaitu agar kita bertobat, berdoa dan mempunyai hati yang terbuka seperti hati Bunda Maria. Sebab, apapun yang terjadi, jika kita mempunyai sikap hati yang demikian dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, maka kita akan mengalahkan dunia dan melangkah menuju Surga, seperti Bunda Maria.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,

Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
http://katolisitas.org/2009/10/30/pandangan-vatikan-tentang-pesan-bunda-maria-di-fatima-1917/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar